Banyuwangi memiliki julukan sebagai "Kota Seribu Destinasi" dan beragam julukan lainnya yang menggambarkan keunikan dan keindahan banyuwangi. Salah satu julukannya adalah "Kota Gandrung," merujuk pada tarian tradisional yang berasal dari Banyuwangi.
Kota ini juga disebut sebagai "Kota Santet" karena adanya insiden pembantaian yang dipicu adanya ilmu hitam pada tahun 1998. Selain itu, Banyuwangi memiliki julukan "Kota Seribu Paranormal" karena sejarahnya yang penuh dengan kisah mistis dan horor.
Namun, menariknya, Banyuwangi juga memiliki julukan lain yang mencerminkan keunikan dan keindahannya. Di antaranya adalah:
Bumi Blambangan
Julukan bumi blambangan merujuk pada sejarah Kerajaan Blambangan yang pernah berkuasa di wilayah Banyuwangi. Banyuwangi disebut "Bumi Blambangan" karena masa lalunya. Pada abad ke-18, wilayah ini dikuasai oleh Kerajaan Blambangan yang berada di bawah naungan Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Blambangan mencapai puncak kejayaannya saat kepemimpinan Raja Bima Koncar dan kemudian Menak Pentor, yang berhasil menjadikan Blambangan sebagai salah satu kerajaan terkuat dan makmur.
Kota Osing
Banyuwangi dikenal sebagai "Kota Osing" karena suku Osing merupakan penduduk asli wilayah tersebut. Suku Osing memiliki budaya, adat istiadat, dan bahasa yang berbeda dari masyarakat lain. Mereka mempraktikkan tradisi seperti Tumpeng Sewu, Barong Ider Bumi, upacara adat, dan tari-tarian.
Bahasa Osing digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari, bahkan oleh orang-orang yang bukan keturunan Osing. Budaya dan kesenian suku Osing sangat dihargai oleh masyarakat dan tetap berkembang di Banyuwangi hingga saat ini. Julukan "Kota Osing" menggambarkan kehadiran suku Osing sebagai penduduk asli Banyuwangi.
The Sunrise of Java
Julukan the sunrise of java di sematkan karena lokasi Banyuwangi yang strategis berada diujung timur pulau Jawa dan berbatasan langsung dengan selat Bali. Hal itulah yang membuat Banyuwangi menjadi tempat pertama di Pulau Jawa yang menerima sinar matahari terbit, sehingga sangat cocok untuk menjadi gempat menikmati momen matahari terbit.
Selain itu, Banyuwangi juga memiliki tempat wisata populer seperti Kawah Ijen, Taman Nasional Alas Purwo, dan Pantai Plengkung yang menawarkan pengalaman wisata yang menarik.
Kota Gandrung
Banyuwangi disebut "Kota Gandrung" karena tarian tradisional Gandrung asli dari banyuwangi. Gandrung, yang namanya berasal dari kata "gandrung" berarti kekaguman masyarakat agraris Banyuwangi kepada Dewi Sri, Dewi Padi yang membawa kesejahteraan.
Tarian ini dibawakan oleh Suku Osing dan telah menjadi ciri khas Banyuwangi. Gandrung sering dipentaskan saat acara-acara penting, seperti acara pernikahan, acara petik laut, acara khitanan, perayaan tujuh belasan, baik acara resmi maupun tidak resmi.
Oleh karena itu, Banyuwangi identik dengan Gandrung, dan patung penari Gandrung dapat ditemukan di berbagai sudut wilayah Banyuwangi. Julukan "Kota Gandrung" menunjukkan bahwa Banyuwangi merupakan pemilik tarian tradisional Gandrung.
Kota Paranormal
Julukan kota paranormal bermula karena adanya peristiwa pembantaian yang terkait dengan adanya ilmu hitam yang terjadi di Banyuwangi pada tahun 1998.
Banyuwangi disebut "Kota Santet/Paranormal" akibat adanya insiden pembantaian yang terjadi pada tahun tersebut. Peristiwa ini melibatkan tindakan kejam terhadap orang-orang yang dituduh melakukan praktik ilmu hitam, atau dikenal sebagai dukun santet.
Insiden pembantaian tersebut menimbulkan keresahan dan ketakutan masyarakat, sehingga sampai sekarang Banyuwangi dikenal sebagai tempat dengan aura mistis dan cerita horor.